Selasa, 29 Juli 2014

Pengaruh keadaan sekolah terhadap pribadi siswa/siswi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu..
Sebelumnya, karena ini habis lebaran, Saya dan keluarga mengucapkan selamat hari raya idul fitri dan Mohon maaf lahir batin :) .


Kali ini, saya cuma mau share mengenai pengalamana saya memilih sekolah, betapa tidak betahnya berada di kondisi sekolah yang tidak sesuai keinginan, dan yah pokoknya masalah seputar gak betah di Sekolah.


Awal lulus SMP, orang tua menyarankan untuk lanjut ke SMK, namun karena saya merasa belum begitu mengenal bakat saya, maka saya lebih memilih di SMA aja. Awalnya sih pengen daftar SMA di Samarinda kota, tapi karena belum punya SIM dan gak mau ngerepotin orang tua ngantar jemput mulu, akhirnya saya mendaftar di SMA yang placenya gak rawan Polisi lalu lintas, tapi perlu diingat nih gan meskpun belum punya SIM dan placenya gak rawan polantas, tetap patuhi rambu-rambu lalu lintas dan penuhi atribut mengemudi yang sesuai ya demi kenyamanan dan keamanan berkendara :) .

Saat ini saya sekolah di SMAN 4 Samarinda, sekolah yang prestasi  nonakademiknya di akui se-Indonesia terutama Futsal. Prestasi Non-akademiknya ternyata tidak sebanding dengan akademik, tidak terkecuali cara mengajar gurunya yang sebagian tidak saya senangi sistem belajarnya. Hal ini tentu jadi faktor utama kenapa saya gak betah di sekolah ini. Setelah satu tahun menempuh pembelajaran, saya sudah begitu mengenal sekolah ini, tapi hingga saat ini kesan buruk lebih dominan ketimbang kesan baik.

Kebetulan saya berasal dari SMPN 3 Samarinda yang mana saat masih di SMP, sangat di siplin dalam berbagai hal, baik kebersihan mulai dari pakaian dan lingkungan, keserasian atribut sekolah dll sedangkan di SMA ini aku melihat hal yang sungguh bertolak belakang. Di siplin siswanya sangat minim, pelanggaran peratauran dan tata tertib sekolah berlangsung di mana-mana secara terang-terangan. Tapi herannya, warga sekolah entah tau atau memang tidak tau mereka sangat jarang menegur para pelanggar aturan itu. Mereka juga jarang menjalankan pengawasan entah karena alasan sibuk atau apalah, mungkin begitu

Semua hal yang sudah saya jelaskan tadi membuat saya berpikir untuk pindah sekolah. Saya sudah berbicara dengan orang tua dan syukurnya beliau mengizinkan saya pindah demi kebaikan saya. Alasan saya karena saya kurang puas denga proses belajar di sana, saya tidak yakin akan menjadi siswa yang seharusnya, saya tidak yakin bisa memperoleh hak saya dalam menuntut pengetahuan. Rencananya setelah ujian akhir semester, saya akan segera mengurus surat pindah.

Hampir setiap hari saya terbayang-bayang bagaimana nanti jika saya pindah sekolah, saya harus memulai dari awal untuk beradaptasi dengan lingkangan sekolah. Jika saya pindah nanti, saya akan berpisah dengan teman-teman baik yang sudah saya kenal di sini, rasanya berat. Tak jarang juga saya berfikir mungkinkah saya adalah seorang pecundang  ? jika saya pindah dari sini dengan alasan itu, saya bukan menyelesaikan masalah tapi justru menambah masalah, Bukankah sejak awal saya sudah tau rumor tengtangsekolah ini namun saya tetap bersikeras yakin bahwa saya bisa tetap menjadi baik dan gak kalah oleh sekolah lain yang katanya lebih baik ? akh aku jadi labil mikirinnya.

Akhirnya aku memutuskan membuat komitmen pada diri aku sendiri. saya akan berusaha mencapai nilai ujian yang bagus di akhir semester ini meskipun sebagian besar pelajaran harus saya pelajari secara otodidak karena guru terkadang memberi materi ulangan yang melebihi kapasitas yang sudah ia ajarkan di kelas.

Setelah ujian usai, satu persatu nilai asli dari ujian semester mulai diumumkan, Syukurlah nilai-nilai saya terbilang cukup bagus dan memuaskan, bahkan gak jarang menempati posisi teratas, kecuali matematika. Tapi saya maklum bila nilai matematika saya rendah karena memamng pada dasarnya sejak zaman SD saya tidak begitu cerdas di bidang ini, apalagi di kurikulm 2013 yang materinya subhanallah yang terbanyak adalah Matematika -_-" , gimana mau paham banget banget banget, udah otak matematika saya pas-pasan, eh materinya sebanyak itu and time belajarnya minim banget. Apapun nilai saya, itulah usaha saya, usaha yang benar-benar saya lakukan uuntuk mengukur sampai mana batas kemampuan saya mempelajari sebagian pelajaran secara otodidak tanpa harus lagi menyalahkan guru yang memberi materi, cukup diam dan pelajari sebisa mungkin dari berbagai sumber yang ada.

Melihat nilai saya yang lumayan bagus, saya mulai ragu untuk pindah. Apalagi setelah mendengar pengakuan beberapa teman saya yang kebetulan sekolah di sekolah yang saya rencanakan akan menjado tujuan pindah. Mereka ternyata mengalami hal yang sama seperti yang saya alami. Ternyata tidak hanya di sekolah saya saja masalah seperti itu ada, tapi di sekolah yang katanya lebih baik dari sekolah  saya pun juga siswanya mengalami hal yang sama. Lantas untuk apa saya pindah kalau toh bakalan menghadapi masalah yang sama juga.  Akan lebih baik jika tetap di sini, berusaha menjadi yang baik bahkan jika bisa memotivasi yang lain juga untuk melakukan hal yang sama, dengan begitu kehadiran  kita bisa membawa perubahan.

Intinya gini ; Ketika kamu menyadari lingkunganmu bukanlah lingkungan yang sepadan dengan apa yang kamu harapkan, tetapkanlah diri kamu untuk menjadi apa yang kamu harapkan tanpa menuntut lingkungan harus memberikan dukungan. Bahkan berusahalah menjadi sosok yang bisa mewujudkan lingkunganmu menjadi seperti apa yang kamu inginkan dengan kebernian dan percaya apapun bisa dicapai selama niat sedari awal adalah baik. Jangan lari dari masalah karena menyelasikan masalah jauh lebih baik ketimbang lari dari masalah. Ibaratnya lebih baik mati dalam peperangan untuk mencapai merdeka yang sesungguhnya ketimbang lari dari peperangan dan hidup sebagai pecundang selamanya.